Review 3 Hasil dan Pembahasan Kesimpulan
Efisiensi Unit-Unit Kegiatan Ekonomi Industri Gula
Yang Menggunakan Proses Karbonatasi Di Indonesia
Hasil dan Pembahasan
Analisis DEA
terhadap Efisiensi UKE Indusri Gula yang Menggunakan proses
karbonatasi
Penggunaan Input
dan Perolehan Output
Perbandingan secara kasar tingkat
efisiensi antar pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi dapat dilihat
dari rasio antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Semakin kecil
rasio biaya dengan penerimaan mengindikasikan bahwa proses produksi berjalan semakin
efisien dan berlaku sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh hubungan adanya hubungan positif
antara penerimaan dengan keuntungan dan hubungan negatif antar biaya dengan
keuntungan. Sehingga semakin tinggi tingkat penerimaan dengan biaya semakin kecil akan
berdampak pada peningkatan perolehan keuntungan perusahaan.
Rasio Biaya
dengan Penerimaan
Rasio biaya dengan penerimaan
untuk seluruh pabrik gula dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari 5 pabrik gula yang
menggunakan proses karbonatasi terlihat bahwa 2 pabrik gula
yang memiliki tingkat rasio
paling rendah adalah Sweet Indo Lampung dan Indo Lampung
Perkasa. Kedua pabrik gula
tersebut diduga memiliki tingkat efisiensi paling tinggi.
Sedangkan 3 pabrik gula yang
memiliki tingkat rasio paling tinggi adalah Tasik Madu,
Gondang Baru dan Rejoagung Baru.
Ketiga pabrik gula tersebut diduga memiliki tingkat
efisiensi paling rendah.
Skor Efisiensi
Tahun 2002
Dari Tabel 3, terlihat terdapat 2
pabrik gula yang paling efisien dan sisanya memiliki
tingkat skor efisiensi dibawah
100. Dua pabrik yang memiliki tingkat skor efisiensi paling
tinggi (100)
yaitu P4 (Sweet Indo Lampung) dan P5 (Indo Lampung Perkasa).
Tabel 2.
Rasio Biaya dengan Penerimaan
Tabel 3.
Skor efisiensi pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi tahun 2002
Sedangkan 3 pabrik gula yang
menggunakan proses karbonatasi yang memiliki skor efisiensi paling rendah yaitu P1
(Tasik Madu), P2 (Gondang Baru), dan P3 (Rejoagung Baru).
Sebab
Ketidakefisienan dan Cara Mengatasinya
Pabrik-pabrik gula dengan proses
karbonatasi yang tingkat efisiensinya masih relatif rendah dapat diperbaiki dengan
mengacu pada pabrik-pabrik yang relatif lebih efisien. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4.
Skor efisiensi, pabrik acuan, dan multiplier
Dari Tabel 4 terlihat untuk
pabrik P1, yang menjadi
pabrik acuan yaitu P4
dan
P5 untuk meningkatkan skor efisiensinya.
Untuk pabrik P2, yang menjadi
pabrik acuan yaitu P4
dan
P5, sedangkan pabrik P3 yang menjadi
pabrik acuan adalah P5. Untuk dapat meningkatkan
efisiensi pabrik-pabrik tersebut dapat memperhatikan contoh berikut:
Contoh:
Perhitungan
peningkatan efisiensi untuk P1 tahun 2002 dengan pabrik acuan P4 dan P5.
INPUT : 0.203 input P4 + 0.059
input P5
OUTPUT : 0.203 output P4 + 0.059
output P5
Dengan cara yang sama juga dapat
diterapkan pada pabrik-pabrik lainnya. Tabel 5 menyajikan tingkat
efisiensi yang sudah dicapai pabrik gula P1. Pada tabel tersebut memuat target, aktual penggunaan input
dan peroleh output.
Tabel 5
Target, aktual, efisiensi yang sudah dicapai pabrik PI tahun 2002
Dari Tabel 5 terlihat semua
penggunaan input melebihi target, misal untuk jumlah tebu giling melebihi target sebesar 18.50%,
biaya pengadaan tebu giling melebihi target sebesar 45.90% dan seterusnya. Output yang sudah
sesuai target yaitu gula baik dari sisi jumlah maupun penerimaan, sedangkan tetes
menunjukkan jumlah tetes kurang dari target sebesar 3.60% dan penerimaan tetes kurang dari
target 0.60%.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
penelitian ini dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
- Terdapat dua pabrik gula yang menggunakan proses karbo-natasi yang memiliki tingkat skor efisiensi paling tinggi yaitu Sweet Indo Lampung dan Indo Lampung Perkasa.
- Pabrik-pabrik gula yang efisiensi relatifnya masih rendah dapat ditingkatkan efisiensinya melalui multiplier input dari pabrik acuannya.
- Pabrik-pabrik gula yang skor efisiensinya rendah, memiliki alokasi penggunaan seluruh input yang belum optimal.
Saran
- Realokasi penggunaan input untuk pabrik-pabrik gula yang belum efisien agar segera dilakukan.
- Institusi yang terkait dengan pengelolaan industri gula segera menindaklanjuti upaya peningkatan efisiensi pabrik-pabrik gula di Indonesia, khususnya pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi.
Sumber: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4304233239.pdf
YUNITA HILDA N (27211679)/2EB09
FAKULTAS EKONOMI
2011-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar